Pameran Tunggal Ketiga Ngurah Paramartha Bertemakan “KEDAUT” Pewayangan Di Grya Santrian Hotel

Written by on April 7, 2023

Pameran Tunggal Ketiga Ngurah Paramartha Bertemakan "KEDAUT" Pewayangan Di Grya Santrian Hotel

Tika | Thomson News Bali

7 April 2023

Thomson – Melukis adalah aktifitas yang empirik bagi pelukis bernama lengkap A.A. Ngurah Paramartha. dalam jumpa pers yang di hadiri Manajer Santrian Galery I Made ‘Dolar’ Astawa, pelukis Ngurah Paramartha mengatakan akan melaksanakan pameran tunggal A.A.Ngurah Paramartha dengan tema “Kadaut” akan berlangsung 7 April-31 Mei 2023 di Santrian Gallery Sanur, Jalan Danau Tamblingan No.47 Sanur-Bali. Ini merupakan pameran ketiga.

“Ngurah akan memajang 13 karya lukisan di atas kanvas dengan gaya ‘dekoratif naif’,” ungkap kurator Made Susanta Dwitanaya dalam jumpa pers, Kamis (6/4) di Santrian Galery. Pameran akan dibuka Popo Danes yang dikenal sebagai kolektor seni juga arsitektur. Selain lukisan, juga dipamerkan 3 karya patung berbahan fiberglass dan plat logam.

Ngurah Paramartha mengaku tema “KEDAUT” diambil dari perasaan nya dalam memblok blokan warna dalam suatu bidang yang dituangkan kedalam kanvas. Ia mengakui keterkejutannya atau yang dalam bahasa Bali disebut Kadaut sebagai fenomena perasaan atau kejiwaan yang menggerakkannya untuk melukis.

” saya tidak sengaja meblok blokan warna kelihatan seperti burung garuda itu yang buat saya KEDAUT’, jelas Ngurah Paramartha yang mengaku pameran ini adalah yang ketiga kalinya dengan mengambil karakter pewayangan.

Hamparan warna-warna abstraktif tersebut dilihat oleh Ngurah Paramartha memiliki potensi representasi atau kebentukan. Maka garis menjadi pilihan berikutnya untuk mengkontruksi figur-figur dan objek yang ada dalam imajinasinya yang bertaut pula dengan memori memori visualnya pada berbagai image-image naif yang merepresentasikan alam, seperti pohon, binatang serta artefak artefak budaya visual yang tumbuh dari locus sosio kulturalnya sebagai orang Bali. Semisal wayang dan kisah kisah tantri, atau pengalaman visualnya yang tertarik melihat tinggalan tinggalan arkeologis suku Maya di Amerika Latin yang ia temukan dalam berbagai sumber baik literatur maupun media virtual.

Warna warna yang saling berkomplementer dan saling tumpang tindih yang ia torehkan secara ekspresif dan bebas menjadi pengalaman-pengalaman yang membebaskan baginya. la mengaku tak memperhatikan kaidah-kaidah rasio ataupun logika ketika mulai mengoleskan warna melalui torehan torehan paletnya. Ketika proses ini selesai, Ngurah akan menatap hasil torehan bebasnya tersebut.Tahap menatap ini merupakan momentum kunci dalam proses melukisnya lebih lanjut. Hamparan warna yang tersaji seperti memanggil manggilnya, seperti memberi daya pikat yang luar biasa imajinasinyapun bergerak seturut memori memori visual yang pernah ia lihat.

Ditanya terkait gagasan apa yang melatar belakangi hadirnya karya-karya yang ia pamerkan saat ini secara tersirat Ngurah Paramartha menyadari sepenuhnya sandaran yang ia yakini dan pakai dalam proses melahirkan karya Ini adalah pengalaman-pengalaman empirisnya ketika melukis. Artinya melukis adalah aktivitas yang empirik bagi Ngurah. Lalu hasil dari pengalaman-pengalaman tersebut tumbuh dalam fenomena artistik yang terhampar pada selembar kanvas atau pada selembar pelat fiberglass dan pelat logam sebagai medium karyanya.

Hal senada ditambahkan I made Susanta Dwitanaya sekalu penulis pameran, Menurut Susanta, dalam pameran tunggalnya di Santrian Gallery ini Ngurah Paramartha memakai dua sandaran yakni estetika subjektif maupun estetika subjektif sekaligus. Sebagai pelukis Ngurah Paramartha tentu saja menyadari sepenuhnya proses dan pengalaman-pengalaman indrawi dan psikis yang ia rasakan dalam kegiatan melukisnya. (Tik)


Thomson Kebumen

Current track

Title

Artist